RATAPAN DI OAKWOOD, SEBUAH CERITA PENDEK
Disclaimer dulu
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian saya mohon maaf tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun. Nama karakter dan tokoh dari cerita ini saya generate dari Chatgpt.
Musim gugur terasa begitu dingin di seluruh kota Oakwood, ini karena hamparan hawa dingin yang disebarkan dari utara terasa menjernihkan udara dan pikiran. Saat itu adalah waktu perayaan yang mewah bagi kota yang begitu ramai seperti Oakwood. Hiruk pikuk akibat kemewahan dari karnaval dan lagu lagu balada dan arak sebagi bentuk persembahan kepada para dewa agar diberikan kedamaian dan kemakmuran selama musim dingin mendatang. Sebagai kota yang paling makmur di Kerajaan Eldorwyn, penduduk dari berbagai tempat nun jauh dan luas menghadiri perayaan musim gugur di Oakwood.
Namun, ini sebelum wabah Red Reaper terjadi.
Seorang pemuda duduk dengan gelisah di tepi jendelanya sambil berjemur dibawah matahari siang. Eldrick. Angin lembut mengalir tampak membelah rambutnya. Di seberangnya, Rael bersantai dengan putra mereka, Albert, dipangkuannya. Kaki Rael yang terbuat dari batu pualam terukir bersandar di meja makan mereka. Atas saran dari para Tetua Agung, Raja memerintahkan para kesatria untuk menjaga warga kerajaan Eldorwyn yang berada dirumah, serta mengawasi siapa saja yang melakukan pekerjaan di luar sebelum wabah itu berlalu. Itu hanya tindakan sementara, itulah yang raja katakan kepada mereka.
Jalanan Oakwood yang dulu ramai, kini menjadi begitu sunyi. Tidak ada lagi pemandangan warna-warni yang menyelimuti kota ini, sebaliknya tampak segala jenis benda yang terletak di jalan tersebut tidak lagi terawat. Tidak ada lagi pedagang dan pembeli, tidak ada lagi kereta kuda, dan tidak ada manusia.
Awalnya hal ini dianggap sebagai lelucon. Dalam dua minggu pertama, wabah Red Reaper, yang dinamai karena warna merah pada paru-paru orang mati akibat meradang, penyakit ini menjangkit dua orang warga Oakwood. Keduanya adalah pedagang keliling yang dikarantina dan dengan cepat sembuh dari demam.
Rael berkomentar betapa menyenangkannya tidak lagi mendengar keributan dari alun alun dan kedai-kedai minuman yang terpapar disepinggi jalan kota Oakwood : jalan berbatu tidak lagi macet, nyanyian alam terdengar jelas dan menyenangkan, dan Oakwood telah menikmati panen yang baik. Seperti banyak warga kota itu, Rael merasa senang tinggal di dalam.
Eldrick berusaha sebaik yang dia bisa.
Tak lama kemudian, Albert jatuh sakit.
Eldrick tidak lagi bisa bekerja. Seperti ayah dan kakeknya, ia adalah seorang tukang kayu yang berbakat, tetapi akibat wabah tersebut proyek konstruksi dihentikan, dan bepergian ke kota lain untuk mencari pekerjaan telah dilarang karena takut menyebarkan penyakit. Walau memiliki uang, Eldrick tidak bisa membeli obat-obatan untuk anaknya, selain karena dilarang keluar, harga obat-obatan juga melambung sangat tinggi, karena kaum elit menimbun bahan-bahan di tempat mereka.
Karena sangat membutuhkan uang, Eldrick memulai bekerja sebagai pekerja kuli lepas pada salah satu kedai bawah tanah yang saat itu cukup berani untuk menentang perintah raja. Gaji untuk pekerja kasar yang disewa sangat sedikit, dan risiko penyakit yang tinggi, tetapi pekerjaan itu memungkinkan Eldrick untuk membeli tanaman herbal untuk putra mereka, Albert, dari pasar bawah tanah.
Karena Eldrick pergi hampir setiap malam membuat Rael menjadi gelisah karena khawatir. Dalam masa karantina tersebut, ia menemukan kembali tulisan-tulisan lama di peti harapan di lemarinya. “The Rites Of Balance” adalah warisan dari keluarga Rael, yang memadukan latihan fisik dengan mantra. Ketika Eldrick tidur di siang hari, Rael menyalakan lilin doa untuk putranya, Albert, dan melakukan ritual tubuh untuk meminta keseimbangan dan pertolongan. Saat Red Reaper mengintai rumah-rumah di Oakwood, Rael kembali menemukan keyakinannya. Kekhawatiran tergantikan oleh optimisme, dan tubuhnya mendapatkan kembali kekuatan seperti sebelum melahirkan.
Rael berharap bahwa Eldrick akan segera menyadarinya.
Dimalam harinya, eldrick menyaksikan penyimpangan yang semakin merajalela di seluruh kerajaan Eldorwyn. Para pembunuh berleher pendek dan rambut panjang, pelacur tua ompong, pengedar dengan pipi bopeng yang menjalankan rokok beracun, berbagai macam pelecehan, kerakusan, perzinahan, dan kekerasan menghancurkan keyakinan Eldrick terhadap kerajaan yang disayanginya.
Dan Albert, putra semata wayang mereka semakin melemah.
Tak lama kemudian, keinginan Rael terwujud – Eldrick memperhatikan perubahannya, tetapi ia tidak percaya begitu saja.
Hari demi hari berlalu, dan kini telah berganti bulan. Wabah mengerikan itu telah menyusup ke kalangan para bangsawan. Bahkan, mereka yang memiliki jimat dan penangkal kematian pun menjadi korban. Albert yang sudah menjadi bocah kecil itu terbaring begitu lemah di tempat tidurnya. Kulitnya memutih seperti salju, dan ramuan yang dibawa Eldrick dari pasar gelap semakin tidak mempan terhadapnya.
Di puncak musim dingin, para penyedia pekerjaan bawah tanah pun diserbu dan dibakar oleh pengawal raja. Untungnya, Eldrick ada dirumah disaat malam pembantaian itu terjadi. Namun, disaat tidak bekerja, Eldrick harus menyaksikan batuk anaknya yang semakin parah hingga membuat nafasnya tersenggal-senggal.
Pada malam pemburu, saat akan diadakannya festival musim dingin utama di Oakwood, seluruh warga kota merasakan ketidakadaan festival itu. Raja tidak memperbolehkan siapapun untuk keluar dan merayakan festival. Energi dari perayaan yang seharusnya menyenangkan, kini menjadi perasaan sedih yang menyelimuti seluruh kota seperti hantu.
Beberapa bulan berlalu. Albert semakin lemah, sementara wabah semakin merajalela. Ketakutan menyelimuti warga kota Oakwood, ketika persediaan makanan di kota semakin menipis. Musim panen telah tiba, tetapi para kesatria Oakwood, yang menjadi gila karena takut pada malaikat maut, mengeluarkan perintah yang melarang penduduk kota berkumpul di ladang terbuka atau hutan. Ketika petani mencoba untuk mengolah ladang mereka, anak buah para kesatria akan menghajar mereka hingga kembali ke rumah.
Rael ingin menyelinap ke luar kota, menuju kampung halamannya di sebelah barat Oakwood, karena wabah itu tidak sampai disana. Rael berniat mengajak Eldrick untuk pergi bersamanya. Namun, kebiasaan minum Eldrick membuatnya hilang kesadaran. Ia tidak mau meninggalkan rumah leluhurnya. Betapa kerasnyapun Rael mencoba membujuknya, Eldrick tidak mau, bahkan teriakannya menggetarkan dinding.
Semakin mereka bertengkar, Eldrick semakin banyak meneggak air jahat itu. Dia dihantui oleh sisi gelap para pekerja lepas bawah tanah, terperangkap oleh dektrit raja, dan perasaannya yang hancur karena ketidakmampuannya untuk menyelamatkan putranya, Eldrick semakin menjadi-jadi. Perasaan itu membuatnya ingin menyerah, dan lepas dari dosa-dosanya.
Namun, kesetiaan Rael yang semakin kuat memberikan kekuatan kepada Eldrick dimasa sulitnya.
Disuatu malam musim semi, ketika kunang kunang berkumpul di halaman depan rumah mereka dan Eldrick masih tenggelam dengan cangkir araknya, dia menuduh Rael telah berselingkuh ketika dia bekerja di kedai bawah tanah.
Rael begitu marah atas pernyataan Eldrick, suaminya itu. Ia menatap Eldrick dengan jijik dan menuntut permohonan maaf dari ucapan Eldrick barusan. Namun, dibawah pengaruh minuman keras, Eldrick menghina Rael dengan kejam. Pernyataan yang seharusnya tidak pernah diucapkan oleh Eldrick, dengan lantangnya diucapkan di depan istrinya.
Pertengkaran hebat kembali terjadi. Di tengah ketidaksadaran Eldrick, dia meludahi Rael. Rael lantas menamparnya. Eldrick membalas pukulan Rael dengan pukulan yang lebih keras pada wajah rael. Rael yang memiliki kekuatan dari “The Rites of Balance” itu melempar Eldrick hingga terpental dan jatuh bersama dengan kursi dapur. Eldtick mencoba berdiri, namun dia sudah tidak bisa.
Lalu, suara batuk, Albert menggelegar hingga seluruh ruangan itu. Pikiran Eldrick yang sebelumnya telah mabuk, seketika sadar. Ia memandang istrinya dan bersama-sama berlari kearah ranjang, dimana Albert telah berbaring.
Tubuh Albert yang mungil dan begitu lemah, membuat pasangan itu semakin sedih. Eldrick tak henti-hentinya menanyakan keadaan anaknya itu walau dia tahu bahwa anaknya tidak akan mendengarkannya. Rael yang berdiri terpisah dihadapan Eldrick, mengelus wajah putranya dengan penih kasih, sambil menyaksikan dada anaknya naik turun untuk terakhir kalinya.
Seluruh Oakwood tampaknya mendengarkan ratapan dari Rael malam itu.
Keesokan harinya, para dokter wabah memeriksa Albert dengan masker dan pelindung diri yang tebal, dan berwarna putih. Ketika mereka membawa jenazah Albert, Rael duduk ditempat tidur, menatap kehampaan. Keinginannya telah runtuh, dan harapannya telah hancur. Tidak ada lagi semangat untuk hidup dalam dirinya.
Hari demi hari, bahkan hingga berminggu-minggu, Rael terbaring di tempat tidurnya. Dia tidak makan, mandi atau berjalan. Tubuhnya yang semula bersih dan segar, kini menjadi seperti tengkoran hidup. Namun, Eldrick selalu berada disisinya. Membantunya dalam segala hal yang diperlukan. Walau seringkali usaha Eldrick ditolak mentah-mentah oleh istrinya itu.
Namun, setelah kematian putra mereka, Rael juga menyusulnya dan meninggalkan Eldrick sendiri disana. Di dunia yang kini hanya tinggil dirinya seorang. Hancur, sunyi dan sepi dalam hatinya.
Pada pagi hari setelah matahari terbit, Eldrick duduk, mendengarkan kicauan burung di luar jendela. Sambil sesekali mengingat masa lalu yang indah dengan keluarga kecilnya, Rael dan anak mereka Albert. Kemudian Eldrick berpikir, mengapa dirinya yang menyedihkan ini masih dibiarkan hidup?
Dua tahun berlalu sejak wabah Red Reaper melanda akhirnya usai. Wabah itu pergi bersama dengan setenah jiwa Oakwood yang direnggutnya, dan meninggalkan setengah jiwa yang hancur akibat pengalaman itu.
Banyak warga akhirnya melakukan perlawanan terhadap kerajaan. Mereka sadar bahwa, mereka tidak membutuhkan pemerintahan yang monarki, dan para bangsawan yang selalu menindas orang miskin. Revolusi harus di tegakkan, pemerintahan Monarki harus dijatuhkan.
Namun, Eldrick tidak begitu peduli dengan hal itu. Di pagi hari, saat angin segar dari utara melewati rumanya, ia mendengarkan bisikan dari dalam rumahnya. Karena penasaran, ia mengikuti arah dari suara itu berasal dan mendapati dirinya sudah berada didepan lemari Rael. Ia menyingkap tirai bambu, dan menemukan kotak persembahan Rael di lantai.
Ia dengan perlahan membukanya, mengeluarkan lilin doa dan tulisan-tulisan kuno yang sebelumnya pernah dibaca Rael, beserta sebuah buku kecil yang adalah Jurnal Rael, dan mulai membacanya.
Terimakasih sudah membaca!!
Hai, aku Yesaya. Penulis artikel di Blog ini. Aku senang kalian membaca artikel ini dan berharap mendapatkan sesuatu dari sini. Aku dulu pernah membaca sebuah kutipan seperti ini "Buku adalah jendela dunia, dan tulisan adalah dunianya". Dengan membaca, kita tidak hanya melihat dunia luar, tapi sebuah dunia yang penuh imajinasi, intelektual, rasa, dan emosi.
Disini aku menulis tentang hal hal yang ingin aku sampaikan kepada diriku sendiri. Yang dirangkai dengan kata-kata seindah dan sebagus yang aku pikirkan. Yang kemudian untuk aku bisa membaca dan pikirkan lagi.
Juga, kalian bisa memberikan dukungan untukku untuk mengembangkan blog ini agar lebih baik lagi. Mungkin langkah selanjutnya adalah memberikan domain yang cocok untuk blog ini, agar lebih mudah ditemukan.