Hai... kembali lagi di blog ini.
Ini adalah lanjutan dari blog aku sebelumnya yang berjudul "20/48 Hukum dalam Buku The 48 Laws of Power karya Robert Greene", kalau kamu belum membaca blog itu, kamu bisa coba membacanya dulu sebelum melanjut ke pembahasan pada blog kali ini.
Baca disini : 20/48 Hukum dalam Buku The 48 Laws of Power karya Robert Greene
Buku "The 48 Laws of Power" karya Robert Greene ini sangat menarik untuk dibaca. Kenapa? Karena didalam buku ini, kita akan diberikan mantra berupa 48 aturan atau yang disebut hukum yang sering dipraktikan seorang penguasa.
Buku ini terbilang banyak mengajarkan kita tentang manipulatif seorang penguasa. Dimana, teknik itu berguna bukan hanya untuk kita praktekkan untuk melakukan kejahatan, tapi lebih kepada edukasi untuk dapat menghindari manipulasi seorang penguasa.
Buku ini menjelaskan tentang hukum-hukum yang berasal dari masa lalu, tapi prinsip-prinsip itu sebenarnya masih relevan dengan dinamika kekuasaan modern sekarang ini.
Pada artikel sebelumnya, aku sudah membahas 20 dari 48 Hukum dari buku ini. Untuk itu, pada blog ini aku bakal melanjutkan dari blog sebelumnya.
Hukum 21 : Berpura-pura bodoh untuk menangkap orang bodoh, tampak lebih bodoh dari target anda.
Tidak akan ada orang yang ingin merasa lebih bodoh dari orang lain, sebab sudah jelas semua orang ingin tampak cerdas, walau terkadang memang bodoh dari dalam. Penulis menekankan untuk menggunakan kelemahan ini sebagai senjata. Buat target merasa lebih pintar dari dirimu. Buat mereka menjadi yakin akan hal ini, sehingga ketika mereka percaya kepada tindakan kamu, targetmu tidak akan menyadari kalau ternyata kamu punya niat tersembunyi dibalik ini.
Hukum 22 : Manfaatkan taktik menyerah, ubah kelemahan menjadi kekuasaan.
Disaat kita lebih lemah daripada lawan, jangan paksakan untuk bertarung hanya demi kehormatan. Sebaiknya lebih baik untuk menyerah. Menyerah memberikan kita waktu untuk mengumpulkan kekuatan, waktu untuk menunggu hingga kekuatan lawan kita berkurang.
Jangan berikan mereka kepuasan ketika bertarung. Sebaiknya, ajukan bahwa kita telah menyerah. Lawan akan kesal seiring berjalannya waktu. Jadikan penyerahan diri sebagai sarana kekuatan.
Hukum 23 : Himpun kekuatan
"Pertahankan kekuatan dan energi yang kamu miliki dengan mengkonsentrasikannya pada titik terkuatnya" ~
Penulis menjelaskan hukum ini dengan perumpamaan tambang. Kita akan lebih beruntung jika menggali satu tambang yang dalam dan menemukan banyak emas didalamnya, dibandingkan harus menggali tambang yang dangkal dan selalu berpindah-pindah. Penulis menjelaskan kalau kualitas selalu mengalahkan kuantitas.
Ketika kamu menemukan sumber kekuatan, maka kejarlah dan jangan lepaskan. Jangan mencari sumber lain, ketika kamu menemukan sumber yang bagus didepanmu. Cari sapi gemuk yang dapat memberikanmu susu dalam jangka waktu yang panjang.
Hukum 24 : Berperanlah sebagai seorang penghuni istana yang sempurna.
Penghuni istana yang ideal berkembang dengan baik di lingkungan di mana kekuasaan dan keterampilan politik mendominasi segalanya. Ia telah menguasai seni berkomunikasi secara tersirat, memuji dengan cermat, tunduk pada atasan, dan mempengaruhi orang lain dengan cara yang halus dan elegan. Pelajari serta terapkan seni memuji ini, dan kamu bakal menemukan bahwa tidak ada batasan yang dapat menghalangi kamu untuk mencapai posisi yang lebih tinggi.
Hukum 25 : Ciptakan kembali diri anda sendiri.
Jangan terima peran yang sudah ditetapkan oleh masyarakat untuk dirimu. Bentuk identitasmu sendiri dengan menciptakan persona baru, sebuah identitas yang menarik perhatian dan selalu menjaga minat orang lain. Jadilah seseorang yang mampu mengendalikan citra dirinya sendiri, jangan biarkan orang lain menentukannya untuk siapa kamu. Dengan melakukan tindakan dan gerakan yang penuh drama, kamu akan memperkuat kekuasaan dan membuat karakter dirimu tampak lebih luar biasa daripada sebenarnya.
Hukum 26 : Jaga agar kedua tangamu tetap bersih.
Tampillah sebagai lambang kesopanan dan efisiensi, dengan tangan yang selalu bersih dari kesalahan atau perbuatan buruk. Pertahankan citra tanpa cela tersebut dengan menggunakan orang lain sebagai kambing hitam dan memanfaatkan mereka untuk menutupi jejak keterlibatan mu.
Hukum 27 : Ciptakan pengikut setia.
Setiap orang ingin merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Greene mengungkapkan bahwa orang cenderung mencari sesuatu atau seseorang untuk diikuti, dan kamu bisa memanfaatkan kebutuhan serta keinginan ini. Untuk menarik pengikut, tawarkan harapan besar, gairah, dan janji tentang tatanan baru yang bisa diikuti. Greene menekankan bahwa kunci untuk memimpin adalah meminta orang-orang untuk berkorban demi dirimu. Inilah cara kamu membangun pengikut dan menciptakan sistem kepercayaan, yang pada gilirannya dapat memperkuat kekuasaanmu.
Hukum 28 : Bertindak dengan berani.
Jika kamu ragu untuk melakukan tindakan, jangan terburu-buru melakukannya. Keraguan itu akan mempengaruhi hasilnya. Ketakutan adalah sifat yang berbahaya; lebih baik kamu melangkah dengan penuh keberanian dalam sebuah rencana. Kesalahan yang dibuat dengan keberanian dapat dengan mudah diperbaiki dengan tindakan yang lebih berani. Orang-orang selalu mengagumi keberanian, sementara tidak ada yang menghormati orang yang pengecut.
Hukum 29 : Buat rencana dan jalankan hingga tuntas.
Akhir dari setiap hal sangatlah penting. Rencanakanlah segala sesuatunya hingga tuntas dengan mempertimbangkan semua kemungkinan, konsekuensi, hambatan, dan perputaran nasib yang bisa membuat orang lain mendapatkan pujian atas kerja kerasmu. Dengan merencanakan hingga akhir kamu tidak akan mudah kewalahan oleh situasi apa pun dan akan tahu kapan saatnya untuk berhenti. Kendalikan nasib itu dengan bijak dan bentuk masa depan mu dengan memikirkan langkah-langkah jauh ke depan.
Hukum 30 : Beri kesan bahwa prestasimu tampak mudah dicapai.
Tindakan kamu harus terlihat alami dan dilakukan dengan mudah. Ketika kamu bertindak, lakukanlah dengan anggun, seakan-akan kamu mampu melakukan lebih dari itu. Hindari godaan untuk menunjukkan betapa kerasnya dirimu bekerja—hal itu hanya akan menimbulkan keraguan.
Hukum 31 : Kendalikan pilihanmu, suruh orang lain untuk memainkan kartu yang kamu bagikan.
Tipuan paling efektif adalah yang membuat orang lain merasa mereka memiliki kendali atas pilihan mereka: para korban akan merasa seolah-olah mereka memegang kendali, padahal sebenarnya mereka hanya menjalankan kehendak orang lain. Berikan pilihan yang tampaknya menguntungkan bagi mereka, namun sebenarnya menguntungkan dirimu untuk apa pun yang mereka pilih. Paksa mereka untuk memilih antara dua opsi yang kurang ideal, meskipun keduanya tetap memberikan keuntungan untukmu. Dengan demikian, mereka akan merugi, apa pun pilihan yang mereka buat.
Hukum 32 : Bermain sesuai dengan fantasi orang lain.
Penulis menjelaskan bahwa kebenaran sering kali bersifat pahit, negatif, dan jarang menarik. Karena itulah, dalam banyak situasi, menghindari kebenaran bisa menjadi pilihan yang lebih bijak. Mengungkapkan kebenaran kepada orang lain sering kali dapat memicu kemarahan dan kekecewaan, sehingga lebih baik memberikan versi kebenaran yang diinginkan, sesuatu yang lebih menarik. Inilah saatnya untuk memainkan fantasi orang lain. Pahami apa yang sebenarnya ingin mereka dengar, dan berikanlah itu kepada mereka.
Hukum 33 : Ketahui kelemahan setiap orang.
Setiap orang memiliki kelemahan, dan menjadi sempurna adalah hal yang mustahil. Kunci untuk menghancurkan musuh adalah dengan mengidentifikasi kelemahan mereka. Biasanya, kelemahan ini berasal dari rasa tidak aman atau emosi yang tidak stabil, dan dapat ditemukan di berbagai aspek kehidupan. Setelah berhasil menemukan kelemahan seseorang, balikkan keadaan dengan memanfaatkan kelemahan tersebut untuk keuntungan mu secara pribadi.
Hukum 34 : Jadilah seperti seorang raja dengan caramu sendiri : Bersikaplah seperti seorang raja, agar diperlakukan seperti seorang raja.
Setiap orang pasti pernah mendengar pepatah, perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan. Nasehat bijak yang selalu dikatakan orang tua kepada anaknya. Greene menjelaskan lebih jauh bahwa kita perlu bertindak persis seperti cara kita ingin diperlakukan. Jika kamu menunjukkan sikap anggun, percaya diri, dan kuat, orang lain akan menghormatimu dan memperlakukan kamu seakan-akan kamu memiliki status yang lebih tinggi. Namun sebaliknya, jika kamu tampil gugup, biasa saja, dan pendiam, penghormatan dari orang lain akan berkurang. Kamu harus menuntut rasa hormat dan menampilkannya melalui tindakan.
Hukum 35 : Kuasai seni memilih waktu yang tepat.
Jangan pernah menunjukkan bahwa kamu sedang terburu-buru; terburu-buru menunjukkan kurangnya kontrol atas diri sendiri dan waktu kamu. Usahakan selalu tampil sabar, seolah-olah kamu yakin bahwa pada akhirnya segalanya akan menjadi milikmu. Jadilah seorang pengamat yang cermat, memahami zaman dan tren yang dapat membawa kamu menuju kekuasaan. Pelajari kapan harus mundur jika waktu belum tepat, dan kapan harus menyerang dengan penuh kekuatan ketika momen yang tepat telah tiba.
Hukum 36 : Sepelehkan hal-hal yang tidak bisa kamu miliki : mengabaikannya adalah pembalasan dendam terbaik.
Ketika kamu mengakui sebuah masalah kecil, kamu telah memberinya pengakuan dan memperkuat keberadaannya. Semakin banyak perhatian yang kamu berikan kepada musuh, semakin kuat mereka menjadi-jadi; dan kesalahan kecil sering kali membesar ketika kamu mencoba memperbaikinya. Jika ada sesuatu yang kamu inginkan tetapi tidak bisa kamu miliki, tunjukkan ketidakpedulian terhadapnya. Semakin sedikit minat yang kamu tunjukkan, semakin kamu terlihat superior.
Hukum 37 : Ciptakan tontonan yang memikat.
Seperti yang dijelaskan oleh Greene dalam hukum sebelumnya, penampilan adalah segalanya. Greene menganjurkan agar kamu memperkuat penampilan dan aura di sekitarmu dengan citra yang memikat, pernyataan yang besar, dan tindakan yang luar biasa. Gunakan visual yang mencolok untuk menarik perhatian orang; mereka akan terkesan dan terpikat oleh 'kekuatan' yang kamu tampilkan. 'Tampilan' ini juga bisa menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari niat sebenarnya.
Hukum 38 : Berpikirlah sesukamu, tapi bertindaklah seperti orang lain.
Jika kamu sengaja menunjukkan pandangan yang bertentangan dengan arus zaman, memaparkan gagasan yang tidak konvensional, dan cara yang tidak ortodoks, orang lain mungkin akan berpikir bahwa kamu hanya mencari perhatian dan meremehkan mereka. Mereka akan mencari cara untuk menghukummu karena telah membuat mereka merasa rendah diri. Lebih aman bagimu untuk menyatu dengan orang lain dan menjaga hubungan dengan orang-orang pada umumnya. Bagikan ide-ide orisinalmu hanya kepada teman-teman yang toleran dan orang-orang yang benar-benar menghargai keunikanmu.
Hukum 39 : Aduk air untuk menangkap ikan.
Amarah dan emosi memang tidak akan produktif. Kamu harus selalu menjaga ketenangan dan bersikap objektif. Namun, jika kamu bisa membuat musuh-musuhmu marah sementara kamu tetap tenang, kamu bisa mendapatkan keuntungan yang jelas. Kejutkan musuhmu, temukan celah didalam kesombongan mereka yang bisa kamu gunakan untuk bisa membingungkan dan mengendalikan mereka demi tujuanmu,
Hukum 40 : Benci makan siang gratis : Jangan sukai apa yang cuma-cuma.
Greene menjelaskan bahwa segala sesuatu yang berharga layak untuk dibayar, dan apa pun yang diberikan secara gratis seringkali tidak bernilai dan terkesan memiliki maksud tersembunyi. Greene menekankan bahwa tawaran gratis biasanya datang dengan konsekuensi tersembunyi, seperti kewajiban yang tidak terlihat atau tipu daya. Dengan selalu memastikan bahwa kamu membayar untuk segala sesuatu, kamu bisa menghindari risiko penipuan. Selain menghindari barang gratis, Greene juga percaya bahwa kamu harus selalu membayar harga penuh dan tidak pernah menawar harga. Menunjukkan kemurahan hati dan kepercayaan diri dengan uangmu adalah cerminan dari kekuatanmu.
Hukum 41 : Hindari mengambil alih posisi seorang yang hebat.
Apa yang muncul pertama kali seringkali terlihat lebih baik dan lebih orisinal dibandingkan yang datang setelahnya. Jika kamu menggantikan seseorang yang hebat atau memiliki orang tua yang terkenal, kamu harus mencapai prestasi dua kali lipat dari mereka agar bisa dianggap lebih baik. Jangan terjebak dalam bayang-bayang mereka atau terseret oleh masa lalu yang bukan kamu ciptakan sendiri. Ciptakan ketenaran dan identitasmu sendiri dengan mengubah arah sejarah. Singkirkan sosok yang mendominasi, hancurkan warisannya, dan raihlah kekuasaan dengan caramu sendiri.
Hukum 42 : Serang si gembala, maka domba-dombanya akan berhamburan.
Masalah sering kali dapat ditelusuri kembali dan disebabkan oleh satu individu yang kuat—si pengacau, bawahan yang arogan, atau si penyebar racun di lingkungan. Jika kamu membiarkan orang-orang semacam itu beraksi, orang lain pasti akan terpengaruh oleh mereka. Jangan menunggu sampai masalah yang mereka timbulkan semakin membesar, dan jangan mencoba bernegosiasi dengan mereka—mereka tidak bisa diperbaiki. Netralisir pengaruh mereka dengan mengisolasi atau menyingkirkan mereka. Serang sumber masalahnya, dan para pengikutnya pasti akan tercerai-berai.
Hukum 43 : Kenali hati dan pikiran orang lain.
Ada perbedaan yang mendasar antara memaksa dan merayu. Penulis mengatakan bahwa pemaksaan sering kali merugikanmu, sementara rayuan mendorong dan membujuk orang lain tanpa membuat mereka merasa tertipu. Jika kamu berhasil merayu seseorang, mereka akan tetap setia padamu. Cara terbaik untuk merayu, menurut Greene, adalah dengan memahami kelemahan mereka dan bagaimana cara mereka berpikir. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga kamu tidak bisa merayu dua orang dengan cara yang sama. Pertimbangkan apa yang penting bagi mereka dan apa yang mereka takuti. Rayuan adalah kuncinya, sementara pemaksaan hanya akan membuatmu mendapatkan seorang musuh.
Hukum 44 : Perdaya dan pancing amarah orang lain dengan efek cermin.
Cermin melambangkan sebuah kenyataan, namun juga dapat digunakan sebagai alat untuk menipu. Ketika kamu mencerminkan musuh-musuhmu dengan melakukan tindakan yang persis sama seperti mereka, mereka tidak akan bisa memahami strategimu. Efek cermin ini dapat mengejek dan mempermalukan mereka, menyebabkan mereka bereaksi secara berlebihan. Dengan mencerminkan kondisi kejiwaan mereka, kamu menciptakan ilusi bahwa kamu memiliki nilai-nilai yang sama dengan mereka; sebaliknya, jika kamu mencerminkan tindakan mereka, kamu memberikan mereka pelajaran. Hanya sedikit orang yang mampu melawan kekuatan efek cermin ini.
Hukum 45 : Beritahu kalau perubahan itu penting, tapi jangan melakukannya terlalu ekstrim.
Semua orang mengerti perlunya perubahan secara konseptual, tetapi pada kenyataannya, hanya orang biasa yang cenderung terjebak dalam kebiasaan. Terlalu banyak inovasi bisa menjadi traumatis dan berpotensi menyebabkan revolusi. Jika kamu baru saja memegang kekuasaan atau merupakan orang baru yang mencoba membangun basis kekuasaan, tunjukkanlah penghormatan terhadap metode-metode lama. Jika perubahan diperlukan, pastikan perubahan tersebut terasa sebagai perbaikan halus dari masa lalu, bukan sebagai sesuatu yang radikal.
Hukum 46 : Jangan pernah terlihat terlalu sempurna.
Kebanyakan orang merasa mereka terus-menerus berjuang untuk mencapai kesempurnaan tanpa benar-benar mencapainya. Ini penting untuk diingat. Greene menjelaskan bahwa jika kamu terlihat memiliki kelemahan atau kesalahan, kamu akan menghindari bahaya yang muncul dari tampak terlalu 'sempurna'. Iri hati adalah sifat umum yang bisa memicu tindakan berbahaya dari orang lain. Jika kamu terlihat terlalu sempurna, kamu akan menghadapi reaksi iri. Sebaliknya, jika kamu menunjukkan kelemahan, orang akan melihatmu sebagai lebih mudah didekati dan bisa dipercaya. Greene menggarisbawahi bahwa kesempurnaan adalah sesuatu yang hanya bisa dianggap berasal dari dewa atau orang yang sudah mati.
Hukum 47 : Jangan melebihi sasaran yang sudah ditentukan : dalam hal kemenangan belajarlah untuk tahu kapan harus berhenti.
Hukum ke-47 sering kali sulit untuk diterapkan karena semua orang menyukai perasaan sukses dan pencapaian. Namun, saat mencapai kemenangan, sangat penting untuk tetap tenang dan tidak terlalu memaksakan diri. Seperti yang dijelaskan Greene sebelumnya, penting untuk memahami rencana dan tujuan akhir secara keseluruhan, dan setelah mencapai tujuan tersebut, kamu harus berhenti. Jika kamu terus mengambil langkah lebih jauh, kemungkinan besar akan menambah musuh dan menghambat kesuksesanmu.
Hukum 48 : Jadilah seperti uap yang berbentuk.
Greene menekankan bahwa tidak ada yang pasti dan segala sesuatu selalu berubah. Oleh karena itu, kamu tidak boleh mengungkapkan rencana dan strategi secara jelas. Dengan mengungkapkan rencanamu, kamu menjadi rentan dan musuhmu akan mengetahui cara untuk menyerangmu. Greene menjelaskan bahwa kamu harus tetap fleksibel, tampil percaya diri, dan siap untuk bereaksi terhadap hasil apa pun. Kamu tidak bisa mengandalkan stabilitas karena tidak ada yang benar-benar stabil. Merasa nyaman justru bisa membuatmu melemah.
Terimakasih sudah membaca!!
Hai, aku Yesaya. Penulis artikel di Blog ini. Aku senang kalian membaca artikel ini dan berharap mendapatkan sesuatu dari sini. Aku dulu pernah membaca sebuah kutipan seperti ini "Buku adalah jendela dunia, dan tulisan adalah dunianya". Dengan membaca, kita tidak hanya melihat dunia luar, tapi sebuah dunia yang penuh imajinasi, intelektual, rasa, dan emosi.
Disini aku menulis tentang hal hal yang ingin aku sampaikan kepada diriku sendiri. Yang dirangkai dengan kata-kata seindah dan sebagus yang aku pikirkan. Yang kemudian untuk aku bisa membaca dan pikirkan lagi.
Juga, kalian bisa memberikan dukungan untukku untuk mengembangkan blog ini agar lebih baik lagi. Mungkin langkah selanjutnya adalah memberikan domain yang cocok untuk blog ini, agar lebih mudah ditemukan.
Baca Artikel menarik lainya :
Baca juga : Belajar Dari Seorang Atlet Tentang Arti Ketahanan
Baca Juga : Sebuah cerpen berjudul mimpi ken